Bunga menjadi penting akhir-ikhir ini. Tidak saja bagi para cewek, para ibu dan bapak pun ikut-ikutan hunting. Bunga-bunga lama dan “biasa” pada zamannya, sekarang menjadi mahal dan diburi. Jika dulu cukup minta tetangga atau saudara untuk ingin memilikinya, sekarang ini puluhan ribu bahkan ratusan ribu rela dikeluarkan dari kantong sekedar untuk memilikinya.
Bunga-bunga seperti bungan keladi, puring, lidah mertua, aglonema, antharium, dan lain-lain dulu dapat dengan mudah kita dapatkan dengan gratis. Sekarang ini mereka menjadi target perburuan para lover dengan mahar yang cukup menggiurkan. Bahkan ron bolong yang kemudian dikenal dengan istilah “janda bolong” menjadi sangat istimewa. Sirih gading yang dulu banyak tumbuh melingkar di pohon-pohon besar, sekarang juga menjadi target yang banyak dikejar.
Mengapa bunga begitu diburu saat ini? Karena keindahannya kah? Karena keunikkannya kah? Karena baunya yang wangi kah? Atau hanya karena trend saja kah? Dan, kah-kah lain kah? Hehehe…
Bunga diciptakan Allah Swt karena keindahannya. Mungkin, memang saat ini keindahan itulah yang diperlukan. Kehidupan semakin tidak indah ketika pandemi belum berakhir. Sehingga, butuh pengalihan konsentrasi agar kita dapat tetap menikmati indahnya dunia. Dengan begitu, kita dapat mensyukuri nikmat dan karunia yang diberikan Allah Swt. Dan, dengan bersyukur itu, bisa jadi Allah Swt menambahkan nikmat kesehatan, keseleamatan, dan terhindarkan dari mara bahaya. Aamiin.
Bunga bisa saja menumbuhkan kebahagiaan. Jangankan memilikinya, melihat saja bisa membuat kita berbunga-bunga. Apalagi, jika menikmati keindahan sang bunga bersama orang-orang yang terkasih. Istri dengan mengajak suaminya, tentu akan membuat “penampakan” bunga membuat hatinya berbunga-bunga.
Ndilalah, bersamaan dengan itu, Dana Desa (DD) turun dengan deras dari pemerintah pusat, agar dimanfaatkan desa untuk penguatan ekonomi desa. Salah satunya, dengan menciptakan area hijau dan taman wisata sekala desa untuk menarik kedatangan warga desa lain. Dengan semakin banyaknya warga dari luar desa, diharapkan dapat meningkatkan Pendapatan Asli Desa (PAD).
Alhasil, muncullah park-park baru di Tulungagung dan sekitarnya. Nakula Park, Jegong Park, Punokawan Park, dan mungkin sebentar lagi akan banyak bermunculan taman-taman lain di seputaran Tulungagung. Sebelumnya, telah juga banyak bermunculan taman-taman yang dikelol Badan Usaha Milik Desa (Bumdesa) seperti di Pujon Malang dan lain-lain.
Berdagang bunga juga menjadi hal baru dan diminati oleh banyak orang. Melihat permintaan bunga yang semakin meningkat, merupakan peluang untuk berbisnis bunga. Di media sosial, penjualan bunga secara online tidak kalah hebohnya dengan penjualan masker, face shield, dan hand sanitizer. Bahkan, perdagangan automotif tidak seheboh perdagangan bunga.
Peluang itu bisa menghasilkan sumber income baru. Bunga yang dimiliki dan dikembangkan dapat “berbunga” lagi. Peluang-peluang untuk tidak saja menjadi pedagang, tetapi juga penghasil bunga terbuka luas. Datangnya musim hujan juga menjadi faktor pendukung bagi petani bunga dimana saja. Sedikit benih yang ditanam, menghasilkan bunga, yang dapat “berbunga” lagi dengan penghasilan tambahan. Selamat berbunga-bunga! (ans)