Dua puluh satu Juni 2021 adalah hari bertama liburan kenaikan kelas. Para siswa sekolah dasar dan menengah bersiap mengisi liburan. Ke pantai, danau, gunung, dan ketempat-tempat wisata lainnya merupakan destinasi yang menjadi favorit para anak-anak remaja pada umumnya. Tujuan utamanya mencari angel terbaik untu swafoto mereka.
Demikian juga para orang tua dan masyarakat pada umumnya. Jika mengunjungi satu tempat, yang paling tidak boleh ketinggalan adalah handphone, tongsis, bahkan tripod.
Dulu, sebelum handphone menguasai kita, jika akan liburan kita akan bersiap dengan makanan, minuman, tikar, dan serangkaian acara. Kita datang ke tempat wisata, menikmati keindahan alam, bercengkerama dengan teman dan keluarga. Disitu, kita bisa bercerita banyak hal secara santai materi-materi menyenangkan, menggelikan, bahkan “memalukan”.
Beda dulu beda sekarang. Berlibur adalah koleksi swafoto. Datang, mencari tempat yang terindah, posisi yang pas, mencari “bentuk wajah” yang paling sesuai di kamera, dan jepret sana jepret sini. Kemudian masing-masing melihat fotonya sendiri, men-share di media sosialnya sendiri, tertawa-tawa dan nge-chat dengan teman nun jauh disana. Bagaimana dengan teman kita “satu rombongan” yang sedang berlibur?
Ternyata, mereka juga melakukan hal yang sama. Dengan “kronologi” kedatangan dan kegiatan yang sama, pada akhirnya mereka juga “senyam senyum dengan teman-teman dunia maya nun jauh disana? Terusss, mengapa mereka liburan bersama?
Pergeseran nilai yang sedang kita lihat adalah representasi kehidupan nyata kita. Hidup di dunia semu menjadi sesuatu yang lebih menarik di banding dunia nyata. Kemajuan teknologi, seringkali membuat kita merasa dekat dengan orang-orang yang jauh, tetapi sebaliknya menjauhkan kita dengan orang-orang yang dekat dan bersama kita.
Dunia maya membuat kita lebih mudah belanja “online” dengan toko yang mungkin jaraknya lebih dari 100 kilometer dari rumah kita. Dibanding ke pasar, yang mungkin hanya 3 atau 4 kilometer dari kita. Cukup dengan order, approve, dan transfer, maka besuk barang sudah siap di depan rumah kita. Bahkan, dengan berbagai platform transportasi online, meskipun hanya untuk membeli nasi goreng, kita lebih mudah belanja di restoran yang jaraknya cukup jauh dari rumah kita. Sementara, tetangga kita juga berjualan dengan jarak yang kurang dari satu kilometer saja.
Jika demikian, liburan kita buat apa? Buat produksi foto atau membangun kedekatan dengan teman liburan kita? Buat refreshing atau sekedar ingin mengumpulkan like dan follower dari akun media sosial kita?