Oleh : Mohamad Ansori
Pandemi Covid 19 belum berakhir. Jika mulanya diperkirakan pada bulan September 2020 persebaran kasus positif akan menurun, faktanya justri menukik. Penyebabnya adalah semakin banyaknya masyarakat yang abai terhadap penerapan protokol kesehatan. Meskipun edukasi, sosialisasi, dan mitigasi terus dilakukan pemerintah, kenyataannya cluster-cluster baru bermunculan sehingga di akhir September 2020 jumlah terpapar telah melampaui angka 290 terkonfirmasi positif covid 19.
Sambil menanti diproduksinya vaksin covid 19 secara masal, tidak salah kita juga harus menyiapkan perubahan perilaku. Meskipun vaksin telah diproduksi dan diberikan secara bertahap kepada masyarakat, nantinya kita tetap akan hidup pada perilaku yang baru. Paling tidak, penerapan protokol kesehatan seperti penggunaan masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan dengan sabun, akan menjadi “kebiasaan” baru yang harus kita lakukan. Digital life dengan segala permasalahannya juga akan menjadi perilaku baru yang harus kita sikapi dengan seksama.
Bagaimana tidak, saat ini saja, kehidupan digital telah melingkupi begitu banyak bidang kehidupan. Ekonomi, sosial, pendidikan, dan lain-lain, semuanya mulai berubah dari pola manual menjadi pola digital. Semakin banyaknya online shop yang bermunculan sebagai efek dari mandegnya perdagangan manual, menjadi petunjuk bahwa setelah pandemi ini teratasi, kita justru akan masuk pada tatanan dan perilaku baru yang berbasis digital. Mungkin inilah cara Allah Swt mengarahkan kita pada kehidupan era Revolusi Industri 4.0 yang sebenarnya juga tengah kita siapkan.
Dalam dunia pendidikan, perubahan pengelolaan tatap muka pun akan mengalami perubahan. Nantinya, pendidikan tidak hanya bertumpu pada kegiatan belajar tatap muka, tetapi secara otomatis akan merupakan campuran antara online dan offline. Pembelajaran online tidak lagi menjadi barang asing tetapi akan berkembang pesat seiring dengan tuntutang masyarakat yang hidup di dunia digital. Sehingga, persiapan-persiapan yang matang para pelaku utama seperti guru, kepala sekolah, pengawas, dan penentuk kebijakan pendidikan harus dilakukan.
Penguatan Guru
Guru tetap menjadi aktor utama kegiatan pendidikan. Kualitas guru sangat menentukan kualitas pendidikan. Guru yang berkualitas melaksankan pembelajaran dengan inovatif, kreatif, dan dinamis. Di tangan guru berkualitas, pembelajaran tidak akan menjadi membosankan, sebaliknya justru akan menjadi kegiatan yang dirindukan. Sementara guru-guru yang statis dan “seadanya” akan digilas oleh waktu dan ditinggalkan oleh para siswanya. Guru harus bisa meningkatkan kualitasnya sehingga dapat mengikuti perkembangan sain dan teknolologi, khususnya teknologi informasi.
Di masa transisi nanti, dimana tatap muka sudah mulai bisa dilaksanakan dengan segala ketentuannya, para guru juga harus bisa menunjukkan kedisiplinan yang kuat dalam penerapan protokol kesehatan. Munculnya cluster baru di dunia pendidikan menunjukkan para guru masih abai, atau paling tidak lengah, dalam mengawal kedisiplinan siswa menerapkan protokol kesehatan. Jika hal ini dibiarkan, kondisinya justru akan merugikan sekolah dan dunia pendidikan itu sendiri.
Penyiapan Sarana dan Prasarana
Kepala sekolah sebagai penanggung jawab utama manajemen sekolah, harus bisa memastikan ketersediaan sarana dan prasarana penerapan protokol kesehatan. Wastafel dan sabunnya, hand sanitizer, maskter, tempat duduk berjarak, kelas dengan ventilasi yang cukup, dan seterusnya merupakan hal-hal yang harus disiapkan sekolah untuk melaksanakan perilaku baru masa dan pasca pandemi.