Sebagian kita, mungkin masih mengingat kelas-kelas di sekolah kita, dengan bangku yang banyak berlubang, coretan dimana-mana, papan tulis warna hitam yang sudah lusuh dan tidak hitam lagi, namun masih digunakan untuk mengajar oleh bapak dan ibu guru kita. Kapur berserakan dimana-mana, sambil sesekali di lempar pada anak yang tidak mau memperhatikan penjelasan bapak dan ibu gurunya.
Ketika kita dewasa, belajar di bangku kuliah, dunia sudah banyak berubah. Kita tidak lagi mendapati blackboard, karena telah berganti menjadi whiteboard. Tidak ada lagi kapur tulis, tergantikan oleh board marker yang memang lebih praktis dan bersih.
Selanjutnya, memasuki kuliah pasca sarjana, kelas kita berubah lagi. Bangku-bangku tidak lagi berupa meja dan kursi, berganti dengan kursi berlengan dengan tempat menulis kecil didepannya, kelas sudah ber-AC, LCD proyektor ada di setiap ruangan, sehingga pembelajaran dapat dilakukan menggunakan laptop dengan menampilkan berbagai media pembelajaran berbasis video, slide, animasi, dan gambar bergerak lainnya.
Belum lama menikmati hal itu, kita sudah harus beradaptasi dengan e-learning, dimana siswa dan guru tidak harus berada pada satu tempat yang sama. Anak-anak bisa membuka laptop atau smarphone mereka di rumah, bapak dan ibu gurunya berada di tempat lain sambil di depan perangkat digital mereka. Tanpa sadar, kehidupan digital inilah yang sekarang harus kita lalui bersama.
Fenomena Pendidikan Abad 21
Disrupsi telah terjadi. Perubahan besar yang mengubah tatanan kehidupan kita harus kita hadapi. Ini bukan pilihan, tetapi suatu keniscayaan yang harus kita hadapi bersama-sama.
Dunia pendidikan tidak bisa lepas dari itu. Menurut Pujirianto (2019) dunia pendidikan kita saat ini sudah mengalami fenomena disrupsi yang ditandai dengan hal-hal sebagai berikut.
- belajar tidak lagi terbatas pada paket-paket pengetahuan terstruktur namun belajar tanpa batas sesuai minat (continuum learning),
- pola belajar menjadi lebih informal,
- keterampilan belajar mandiri (self motivated learning) semakin berperan penting, dan
- banyak cara untuk belajar dan banyak sumber yang bisa diakses seiring pertumbuhan MOOC (massive open online course) secara besar-besaran.
Para guru sudah tidak lagi boleh mengandalkan buku paket. Anak-anak sudah mampu mengakses big data dimana semua sumber belajar tersedia dengan akses yang sangat cepat. Para guru sudah tidak lagi melulu harus berfokus pada materi pelajaran, tetapi juga ketrampilan mengakses, mengolah, mengirim, dan mendekonstruksi pengetahuan yang bersumber pada big data tersebut.
Oleh karena itu, para guru harus siap dengan “desain pembelajaran” berbasis teknologi infomasi yang menurut Pujirianto (2019), paling tidak harus meliputi beberapa komponen, yaitu : (1) aktifitas instruktur/guru/ mentor/fasilitator, (2) desain pembelajaran online, (3) data sebagai sumber belajar (big data), dan (4) strategi pembelajaran online, dan (5) unjuk kerja peserta didik.
Pembelajaran Abad 21, sudah harus berorietasi pada beberapa hal, yaitu:
- berpikir kritis dan penyelesaian masalah (critical thinking and problem solving). Pembelajaran tidak harus selalu berupa hafalan-hafalan rumus, tetapi juga dikontektualisasikan dengan masalah-masalah kehidupan sehari-hari.
- Kreatifitas dan inovasi (creativity and innovation), dimana para siswa tidak harus menyelsaikan persoalan berbasis textbook, kreativitas dan inovasi sangat dihargai, meskipun substansi dan essensinya harus tetap dijaga. Kreativitas tidak hanya menciptakan yang baru, tetapi juga meningkatkan meningkatkan nilai tambah benda yang sudah ada.
- Pemahaman lintas budaya (cross-cultural understanding). Sejak era globalisasi digaungkan, kehidupan manusia semakin membutuhkan pemahaman lintas budaya. Pergaulan sudah tidak lagi terbatas pada satu desa, satu suku, atau bahkan satu negara. Dengan kemudian transportasi dan komunikasi kita dapat dengan mudah bergaul dengan bangsa-bangsa lain di seluruh dunia.
- Komunikasi, literasi informasi dan media (media literacy, information, and communication skill). Keterampilan komunikasi dimaksudkan agar peserta didik dapatbmenjalin hubungan dan menyampaikan gagasan dengan baik secara lisan, tulisan maupun non verbal.
- Komputer dan literasi Teknologi Informasi dan Komunikasi (computing and ICT literacy). Literasi TIK mengandung kemampuan untuk memformulasikan pengetahuan, mengekpresikan diri secara kreatif dan tepat, serta menciptakan dan menghasilkan informasi bukan sekedar memahami informasi.
- Karir dan kehidupan (life and career skill). Peserta didik perlu memahami tentang pengembangan karir dan bagaimana karir seharusnya diperoleh melalui kerja keras dan sikap jujur.