Oleh : Mohamad Ansori
Hidup manusia tidak lepas dari pergantian antara senang dan susah, bahagia dan menderita, kaya dan miskin, luas atau sempit, dan seterusnya. Semuanya datang silih berganti menghinggapi semua manusia. Semua orang merasakan saat-saat yang membuatnya bersyukur, tetapi saat yang lain ia harus bersabar. Naik dan turunnya gelombang kehidupan adalah keniscayaan yang harus kita sikapi dengan arif dan bijaksana. Sebab apapun kondisinya, seorang mukmin tetap dapat mendekatkan dirinya pada Allah Swt.
Dalam sebuah hadist, yang diriwayatkan dari Shuhaib bin Sinan radhiallahu’anhu dia berkata, Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
عجبًا لأمرِ المؤمنِ . إن أمرَه كلَّه خيرٌ . وليس ذاك لأحدٍ إلا للمؤمنِ . إن أصابته سراءُ شكرَ . فكان خيرًا له . وإن أصابته ضراءُ صبر . فكان خيرًا له
Artinya :“Alangkah mengagumkan keadaan orang yang beriman, karena semua keadaannya (membawa) kebaikan (untuk dirinya), dan ini hanya ada pada seorang mukmin; jika dia mendapatkan kesenangan dia akan bersyukur, maka itu adalah kebaikan baginya, dan jika dia ditimpa kesusahan dia akan bersabar, maka itu adalah kebaikan baginya”[1].
Hadist di atas menunjukkan betapa dalam kondisi apapun, seorang mukmin dapat mengambil hikmah dan pahala. Pada saat ia kaya, maka ia akan bersyukur kepada Allah Swt. Ia akan membelanjakan hartanya untuk kebaikan, menolong orang miskin, membiayai perjuangan agama, membantu kaum dhuafa, membiayai anak yatim, mendirikan masjid dan mushola, dan sebagainya. Kebaikan-kebaikan akan muncul dari harta yang diperolehnya secara halal, sehingga menghasilkan rezeki yang barokah.
Pada saat seorang mukmin mendapati dirinya bagian dari orang miskin, maka kebaikan juga akan muncul dari dirinya. Si miskin akan menjadi orang yang bersabar, dan itu akan mendapatkan pahala dan kebaikan dari Allah Swt. Sebab sesungguhnya Allah Swt senantiasa bersama orang-orang yang sabar. Dalam Surat Al Baqarah ayat 153, Allah Swt berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِ ۚ إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. (QS Al Baqarah : 153)
Pada saat menderita karena miskinya, si miskin akan selalu mendekatkan dirinya pada Allah Swt, meminta pertolongan dan menyandarkan hidupnya pada Allah Swt. Tentu hal ini merupakan kebaikan yang tidak ternilai, karena orang yang mulia, tentunya adalah orang yang paling dekat dengan Allah Swt.
Dengan bersabar, orang miskin akan mendapatkan kebahagiaan lain, yang seringkali tidak dimiliki oleh orang lain. Si miskin akan sangat bahagia, ketika ia mendapatkan sebungkus nasi dengan lauk tempe, sementara si kaya belum tentu merasakan bahagia, meskipun ia makan direstoran mahal, dengan aneka makanan yang ada dihadapannya.
Bersyukur dan bersabar, merupakan komponen utama dalam menyempurnakan iman seseorang. Dinukil oleh Imam Ibnul Qayyim dalam kitab Uddatush Shaabiriin (hal. 88), sahabat Abdullah bin Mas’ud berkata: “Iman itu terbagi menjadi dua bagian; sebagiannya (adalah) sabar dan sebagian (lainnya adalah) syukur”[2].
Dalam Al-Qur’an, Allah memuji secara khusus hamba-hamba-Nya yang memiliki dua sifat ini sebagai orang-orang yang bisa mengambil pelajaran ketika menyaksikan tanda-tanda kemahakuasaan Allah. Allah berfirman:
إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَاتٍ لِكُلِّ صَبَّارٍ شَكُورٍ
“Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kemehakuasaan Allah) bagi setiap orang yang sangat sabar dan banyak bersyukur” (QS Luqmaan: 31).
Beberapa faidah penting yang dapat kita petik bersabar dan bersyukur adalah:
- Bersabar dan bersyukur, semuanya adalah kebaikan bagi seorang mukmin. Dengan bersabar dan bersyukur, keimanan seorang mukmin akan semakin sempurna.
- Dalam kondisi apapun, kehidupan seorang mukmin seluruhnya bernilai kebaikan dan pahala di sisi Allah, baik dalam kondisi yang terlihat membuatnya senang ataupun susah.
- Orang yang tidak beriman akan selalu berkeluh kesah dan murka ketika ditimpa musibah, sehinnga semua dosa dan keburukan akan menimpanya, dosa di dunia karena ketidaksabaran dan ketidakridhaannya terhadap ketentuan takdir Allah, serta di akhirat mendapat siksa neraka.
- Keutamaan dan kebaikan dalam semua keadaan hanya akan diraih oleh orang-orang yang sempurna imannya
- Menurut Imam Ibnul Qayyim dalam kitab “al-Waabilish shayyib” (hal. 11), rukun sabar ada tiga yaitu: (1) menahan diri dari sikap murka terhadap segala ketentuan Allah Swt, (2) menahan lisan dari keluh kesah, dan (3) menahan anggota badan dari perbuatan yang dilarang (Allah), seperti menampar wajah (ketika terjadi musibah), merobek pakaian, memotong rambut dan sebagainya.
- Demikian juga rukun syukur juga ada tiga, yaitu (1) mengakui dalam hati bahwa semua nikmat itu dari Allah Ta’ala, (2) menyebut-nyebut semua nikmat tersebut secara lahir (dengan memuji Allah dan memperlihatkan bekas-bekas nikmat tersebut dalm rangkan mensyukurinya), dan (3) menggunakan nikmat tersebut di jalan yang diridhai Allah.
Wallahu a’lam