Oleh : Ardian Hamna
Ternyata, salah satu hal yang menarik dari seorang anak adalah mendengarkan cerita. Cerita dapat mengantarkan anak pada alam imaginasi yang bebas, sesuai kemampuan dan keinginan mereka sendiri. Dengan berimaginasi anak dapat menciptakan dunianya sendiri, mengkreasikan nalar kreatifnya, serta berekreasi di dunia yang tidak diganggu oleh orang lain.
Orang tua kita dulu, selalu berusaha menyempatkan diri untuk mendongeng sebelum tidur. Mendengarkan dongeng dari ibu atau nenek, membuat kita segera terlelap dalam tidur. Dongeng merupakan salah satu jenis cerita yang paling disukai anak. Dongeng tidak saja menampilkan cerita-cerita yang melewati dimensi fisik, tetapi juga dapat menanamkan nilai-nilai karakter yang baik.
Dongeng tentang “Ikan Gabus” misalnya, menanamkan pada diri anak sebuah nilai kasih sayang kepada binatang. Melalui cerita itu kita dapat menguatkan karakter kepedulian anak pada binatang. Diharapkan dengan menguatnya nilai-nilai kasih sayang pada binatang anak tidak suka menyakiti binatang piaraan yang dimilikinya.
Dongeng tentang “Malin Kundang” memberikan warning pada anak akan bahayanya durhaka pada orang tua. Dongeng “Malin Kundang” memberikan contoh buruk pada anak akan seorang anak yang durhaka pada ibunya setelah ia menjadi kaya. Dari contoh buruk itu diharapkan pada anak akan tumbuh pemahaman betapa bahayanya durhakan pada orang tua.
Namun demikian, para ibu sekarang tidak cukup waktu untuk mendongeng sebelum tidur. Maka anak-anak tertidur di depan TV, atau tidur sambil menontong video di handphonenya. Mungkin mereka juga sedang berimaginasi dengan dunia mereka, meskipun sumbernya tidak berasal dari orang tua mereka.
Manfaat Cerita
“Menceritakan cerita” tidak saja sesuai untuk kondisi sebelum tidur. Di kelas, para guru juga dapat memanfaatkan cerita sebagai salah satu metode pembelajaran. Pembelajaran dengan metode bercerita memiliki manfaat antara lain:
Pertama, pembelajaran dengan cerita dapat meningkatkan kreativitas anak. Dengan mendengarkan cerita anak akan berimaginasi. Dengan berimajinasi tersebut anak melatih daya kreatifnya sehingga akan tumbuh menjadi anak yang kreatif.
Kedua, mengembangkan kemampuan berbahasa. Cerita merupakan rangkaian paragraf, kalimat, dan kata yang sangat luas. Anak-anak akan mengenal banyak kata melalui sebuah cerita. Dengan demikian kemampuan berbahasa dan kosa kata anak akan senantias bertambah dan berkembang.
Ketiga, menumbuhkan empati anak. Cerita, terutama cerita-cerita yang dibuat dengan tujuan penguatan karakter tertentu, akan menumbuhkan empati anak pada sesuatu. Cerita-cerita tentang alam akan menumbuhkan empati anak pada alam. Cerita tentang penderitaan orang miskin akan menumbuhkan empati anak pada teman-temannya yang miskin.
Keempat, menumbuhkan kemampuan berbicara. Sebaiknya para guru tidak saja memperdengarkan sebuah cerita di depan kelas. Tetapi pada saat yang sama, para guru juga menugaskan pada anak untuk “menceritakan kembali” sebuah cerita. Dari penugasan itu para guru dapat meningkatkan kemampuan anak dalam berbicara dan merangkai kata.
Kelima, menumbuhkan minat baca. Metode bercerita memaksa guru untuk banyak membaca. Namun pada saat yang sama, ia juga sedang meningkatkan minat baca anak-anak. Mengapa? Karena biasanya anak ingin seperti gurunya. Kalau gurunya pandai bercerita, maka mereka pun ingin bercerita. Nah, dalam hal ini guru dapat menyiapkan buku cerita. Dengan demikian, minat baca anak akan meningkat.
Keenam, menghasilkan efek membahagiakan. Mendengar dan membaca cerita adalah salah satu rekreasi. Mendengarkan cerita mengantar kita pada dunia lain dan sementara meninggalkan “dunia nyata” kita. Hal ini merupakan salah satu bentuk “refreshing” yang akan menimbulkan efek menyegarkan. Apalagi jika para guru dapat memilih cerita-cerita happy ending yang dapat “memuaskan” kemarahan anak pada tokoh antagonisnya.
Bercerita adalah kegiatan sederhana namun memiliki pengaruh yang baik bagi perkembangan jiwa anak. Para orang tua dan guru dapat memanfaatkan cerita untuk mengajarkan kebaikan dan memberikan peringatan betapa bahayanya perbuatan buruk pada diri anak. Nilai-nilai baik itu akan tumbuh dan menguat seiring perkembangan jiwa anak.