Seorang tokoh literasi di Indonesia mengatakan, “Menulis Itu Tidak Menarik!” Padahal, setiap hari beliau menulis. Tidak hanya satu, bisa dua atau tiga artikel dalam satu hari. Buku-buku beliau, sudah cukup banyak terbit dan diminati. Dimana-mana, beliau memotivasi orang lain untuk menulis. Menulis, adalah “ibadah ghoiru mahdloh wajib” bagi beliau.
Sebuah pernyataan, bisa jadi adalah pernyataan itu sendiri. Dalam hal ini, ia bisa menjadi statemen akan kebenaran yang diyakini. Namun, tidak semua pernyataan adalah pernyataan dalam arti tersebut. Pernyataan bisa jadi otokritik atau pertanyaan oratoris, yang sebenarnya tidak memerlukan jawaban. Lantas, menulis itu tidak menarik, termasuk yang mana ya?
Sobat, tidak semua hal yang menarik bagi seseorang, juga menarik bagi seorang lainnya. Lagu dangdut adalah lagu yang dicinta, bagi pecinta. Tetapi, banyak juga yang tidak suka lagu dangdut, bahkan membecinya. Demikian juga dengan lagu-lagu yang lainnya.
Apakah bermain bola itu menarik? Iya, tentu saja, bagi para pecinta bola, khususnya para “gibol”. Tapi, apakah menarik bagi ibut-ibu? Sebagian besar tidak. Karena dengan adanya bola, para ayah tidak lagi memperhatikan anaknya, tidak lagi open dengan pekerjaan rumah tangga, bahkan lupa kewajiban pada istrinya! Hehehe…
Nah, menulis seharusnya menarik bagi para penulis. Sementara bagi kita yang masih memiliki status “calon penulis” atau masih “belajar menulis” bisa jadi menulis tetap menarik, tetapi sulit dikerjakan. Alasan!
Bisa dibilang begitu. Bagi para calon penulis, menulisnya saja membutuhkan banyak tenaga. Mikir judulnya apa, mikir ditulis seperti apa, mikir jadinya bagaimana, dan terakhir mikir layak dibaca apa tidak ya? Mikir malu apa tidak ya?
Nah, ternyata, menurut para pesohor literasi inilah yang jadi persoalan. Kakean mikir. Harusnya nulis ya nulis aja, ndak usah mikir (termasuk tulisan ini, hehe). Nulis aja, terus aja, ndak usah mikir apa jadinya. Hasilnya, tunggu saja, kita pasti ketawa. Dan, itu membuat kita bahagia. Tertawa sendiri melihat tulisan kita hari ini.
Menulis itu tidak menarik! Kok? Padahal setiap saat kita nulis. Chat yang kita tulis di whatsapp kita sehari-hari, berapa kata perhari? Berapa topik yang kita bicarakan? Berapa orang yang kita “rasani”? Haha… Semua bisa jadi bahan tulisan kok. Kita tinggal merangkainya menjadi kalimat-kalimat, lalu mengumpulkannya dalam satu pikiran utama, maka jadilah tulisan kita.