
Sebagaimana dilansir pada laman nu.or.id, Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Prof Muhammad Nuh menyebut bahwa saat ini warga NU sedang mengalami kondisi yang ia sebut sebagai Mobilitas Vertikal yakni tren meningkatnya pergerakan dan penyebaran warga NU. Ia memberi contoh, kader-kader NU saat ini sudah memiliki beragam profesi dan memiliki potensi tinggi dalam berbagai sektor kehidupan. Bahkan, pos-pos penting dalam pemerintahan pun banya diduduki oleh kader-kader NU. Diharapkan, hal ini akan berlanjut di periode-periode seterusnya, mengingat secara kuantitas NU memiliki kader yang sedemikian banyaknya.
Oleh karena itu, sekolah, madrasah, dan perguruan tinggi NU harus menyiapkan generasi yang dapat menyuplai kebutuhan akan kader yang unggul. Keunggulan itu, tentu saja tidak hanya pada tataran ilmu diniyah saja, tetapi juga dalam ilmu pengetahuan dan teknologi, manajemen organisasi, pengusaan bahasa Internasional, dan attitude yang baik dalam bekerja.
Paling tidak ada lima hal, yang dapat dilakukan oleh lembaga-lembaga di bawah LP Ma’arif untuk menyiapkan generasi unggul dalam konteks di atas.
Pertama, menyiapkan pendidikan diniyah yang profesional. Pendidikan diniyah tidak lagi boleh dipandang sebagai pendidikan yang kumuh, tidak ter-manage dengan baik, asal-asalan, dan sebagainya. Kepala madrasah diniyah harus menyiapkan dirinya dengan kemampuan manajerial sehingga tidak boleh lagi ada jam kosong, guru yang tidak sempat, dan keterlambatan yang membudaya. Nilai-nilai spriitual yang disertakan oleh para ulama harus diimplementasikan dalam bentuk kegiatan pembelajaran di madrasah diniyah yang rapih.
Untuk menyiapkan itu, Nadhlatul Ulama dalam semua tingkatannya perlu menyiapkan program-program nyata untuk penguatan struktur madrasah diniyah. Khususnya dalam pengelolaan. Adalah sangat menggangu jika materi-materi pelajaran diniyahnya sudah sangat bagus, tetapi tidak dikelola dengan baik pembelajarannya.
Kedua, sekolah dan madrasah NU harus menyiapkan diri dengan penguasaan teknologi. Sekarang ini, kebutuhan akan penguasaan teknologi, khususnya teknologi informasi, bukan lSagi pilihan, tetapi keharusan. Sekolah dan madrasah yang dikelola dengan pendekatan teknologi informasi akan lebih cepat mentransformasikan pengetahuan dan skill dengan lebih cepat.
Ketiga, sekolah dan madrasah NU harus menyiapkan siswa dengan kemampuan manajemen organisasi. Sejak kecil siswa harus dikenalkan dengan organisasi. Di kelas rendah anak-anak dapat dikenalkan dengan organisasi kelas yang baik. Dalam organisasi kelas ini anak-anak mengenal bagaimana menjadi pengurus kelas seperti menjadi ketua, sekretaris, dan bendahara kelas. Sedangkan ketika mereka sudah di kelas tinggi, IPNU dan IPPNU merupakan salah satu wahana yang paling sesuai untuk mengenalkan siswa dengan organisasi.
Sepintas di organisasi mereka hanya bermain-main. Tetapi realitasnya, banyak tokoh yang dilahirkan dari berbagai organisasi. Sebab di organisasi inilah mereka mengenal kepemimipinan, cara menyampaikan gagasan, dan bekerja sama. Kemampuan dalam hal ini sangat diperlukan dalam kehidupan di abad 21 ini.
Keempat, penguasaan bahasa Internasional khususnya bahasa Inggris dan bahasa Arab. Sebagaimana dimaklumi, setelah era globalisasi terlewati, tempat hidup manusia di dunia ini semakin “sempit”. Keperluan akan komunikasi antara penghuni di dunia di berbagai belahan negara sangat urgen. Kader-kader NU harus menguasai bahasa internasional agar dapat menyampaikan ajaran Islam ahlussunah wal jamaah an nahdliyah yang moderat. Selain itu, ketika para kader mengisi pos-pos penting, mau tidak mau, mereka juga harus mampu berkomunikasi dengan berbagai tokoh dari negara lain. Maka, kemampuan berkomunikasi dengan bahasa asing sangat diperlukan.
Kelima, attitude. Banyak survei menunjukkan jika keberhasilan seseorang lebih banyak dipengaruhi oleh attitude-nya. Attitude adalah sikap atau perilaku seseorang dalam menghadapi masalah dihadapinya. Kemampuan seseorang melaksanakan tugasnya dengan baik, mengatasi masalah dengan bijak, dan memiliki komitmen yang kuat terhadap pekerjaan dan tugasnya, sangat diperlukan dalam pekerjaan. Sikap yang demikian dapat dilatih sejak dini di sekolah dan madrasah, dengan salah satunya menerapkan pembelajaran berbasis masalah (problem based learning).
Dengan demikian, sekolah dan madrasah dapat memulai character building sejak awal. Diharapkan ketika kader-kader nanti sudah menempati posisi penting, karakter itu sudah terbentuk. Bagaimanapun, keberhasilan kader-kader NU dalam menjalankan tugasnya dengan baik, akan mengharumkan nama NU sebagai organisasi yang menghasilkan kader-kader terbaik. (ans)