Oleh : Mohamad Ansori, M.Pd.
“Sedekah yang paling utama ialah seorang muslim belajar suatu ilmu, kemudian mengajarkannya kepada saudara muslim lainnya.” (H.R Ibnu Majah)
Almaghfurllah KH Ali Shodiq Umman menjelaskan bahwa sedekah yang paling utama adalah sedekah ilmu. Sedekah ilmu lebih utama dari sedekah uang jutaan rupiah. Ilmu yang diajarkan oleh seseorang akan diajarkan lagi kepada para muridnya lalu diteruskan lagi kepada muridnya, lalu muridnya lagi, hingga hari kiamat. Pada setiap orang yang menjalankan ilmu itu, kita akan mendapatkan pahala darinya.
Bagaimana caranya? Tentu dengan belajar dulu. Sebagaimana hadist di atas, jika seorang muslim belajar suatu ilmu sampai ia memahaminya, lalu ia mengajarkan kepada orang lain, maka itu adalah sedekah yang paling utama.
Kalau kita mencermati hadist di atas, ada beberapa poin penting yang harus kita perhatikan dan kita garis bawahi. Pertama, mengajarkan ilmu merupakan sedekah utama. Kedua, kita harus belajar dulu, sampai paham. Ketiga, ilmu bukan untuk diri sendiri, tetapi diajarkan dan disebarkan, sehingga membawa manfaat bagi semua orang.
Mengajarkan ilmu tidak berarti ilmu kita akan berkurang. Justru, ketika mengajar, kita seperti mempelajari lagi dan memperdalam ilmu kita. Dengan begitu, kita akan semakin hafal, semakin paham, dan semakin mahir. Justru kalau ilmu yang kita miliki tidak kita ajarkan pada orang lain, maka akan seperti pisau yang lama tidak dipakai. Pisau itu akan berkarat lalu tumpul deh. Dan, otomatis tidak akan bisa dipakai lagi.
Namun demikian, sebelum mengajarkan ilmu, kita juga harus memahami ilmu itu dengan benar. Jangan hanya sepotong-sepotong, apalagi sampai salah paham. Ilmu syariat itu membutuhkan sanad. Jadi, tidak pas kalau kita belajar otodidak. Ada ulama-ulama pewaris nabi yang dapat kita mintai tolong untuk menjelaskan sesuatu. Sehingga, kita memiliki rujukan yang pasti, dari orang-orang yang sudah diakui keilmuannya. Jika tidak, sanad ilmu kita akan terputus, dan parahnya, bisa jadi kita akan jadi salah paham atau mengikuti paham yang salah.
Salah paham dalam ilmu syariat tentu akan berakibat buruk. Ibadah kita, sudut pandang kita, atau bahkan akidah kita, bisa “melenceng” karenanya. Dan tentu itu akan sangat bahaya.
Mengajarkan ilmu tidak saja dengan cara membicarakannya. Memberikan contoh kepada para santri akan lebih mengena dihati. Mengajari sholat dhuha dan keutamaannya, akan lebih mantab kalau para guru mengajak santri untuk melakukan bersama-sama. Mengajarkan kemulian sedekah misalnya, akan lebih hebat jika guru juga memberikan contoh melakukannya. Mengajar itu tidak hanya memberi tahu, tetapi juga mempengaruhi, mengajak, dan membimbing santri untuk mencapai tujuan yang kita inginkan. Semoga kita dapat bersedekah ilmu dengan istikomah. Aaamin.