Tulisan ini bukan untuk mengajari pak polisi yang sedang mengatur lalu lintas dan mengurai kemacetan. Dalam tulisan ini, yang dimaksud macet adalah macet pada saat menulis. Tidak saja pernah, tapi juga termasuk sering, saya mengalami kemacetan dalam menulis. Baru dapat satu atau dua paragraf, habislah materi yang tertuang dalam tulisan. Bukan curhat, hanya cerita…hehe.
Biasanya, kemacetan terjadi karena beberapa hal. Pertama, hilangnya fokus. Lagi nulis tentang sesuatu, tiba-tiba hanphone berdering. Persoalan muncul dari seberang, menuntut “tanggung jawab” atas sebuah pekerjaan, atau bahkan “tawaran” yang menggiurkan. Informasi mendadak yang bersifat personal bisa juga menjadi alasanan terjadinya kemacetan.
Kedua, tema terlalu sempit. Yah, tema yang terlalu sempit memang sulit dikembangkan. Kita jadi nggak bisa kemana-mana karena sempitnya tema. Sedikit improvisasi saja bisa membuat kita keluar dari tema. Apalagi, jika kita “kurang bahan” sehingga kalimat yang tertuang dalam tulisan kita juga menjadi hambar rasanya. So, sang penulis nglepreh karena membaca tulisan awalnya sendiri, hehe.
Ketiga, kurang latihan. Menulis adalah ketrampilan, bukan pengetahuan. Sehingga, mengembangkannya memang harus berlatih. Tidaklah cukup dengan membahas ilmu tentang menulis, tetapi yang lebih penting adalah belajar menulis. Sekecil apapun, sedikit apapun, menulislah dan teruslah menulis.
Saya kita, kita semua masih ingat. Pada saat awal belajar naik sepeda, kita pun harus berhenti. Bahkan diawali dari “ser dek ser dek” (baca: mengayuh dengan perlahan sambil satu kaki berada di tanah). Setelah bisa jalan sepedanya, kita juga harus sleyat sleyot, sulih mengarahkan sepeda kita. Sesudah lancar pun, terpaksa harus jatuh, nabrak, atau bahkan masuk ke got, iya kan? Nah setelah lancar, kita bahkan bisa mengikut Tour de Java dengan sepeda.
Tips Mengatasi Macet Menulis
Sebagaimana dilansir pada http://writerpreneurindonesia.com, kemacetan dalam menulis sering disebut dengan istilah “writer’s block”. Ada beberapa cara untuk mengatasi writer’s block ini, antara lain:
1) Cari akar masalah
Masalah dapat terjadi karena banyak hal, mungkin pengetahuan kita tentang masalah itu yang kurang luas, mungkin kita tidak memiliki tujuan yang pasti dari tulisan yang kita buat, atau mungkin data-data yang kita miliki kurang lengkap. Kita harus tahu apa akar masalahnya, dan dari situ kita bisa mencari solusinya.
2) Cari udara segar dan refreshing
Mencari udara segar, keluar jalan-jalan, mengunjungi teman atau sahabat, atau bahkan bermain-main dengan anak dan keponakan, bisa menghilangkan kejenuhan. Udara segar tidak membuat nafas dan dada kita menjadi longgar, tetapi juga membuat pikiran kita fresh lagi.
3) Berolahraga ringan
Jika lagi mentok, berolahragalah. Biarkan darah mengalir lebih cepat. Biarkan detak jantung berdenyut lebih kencang
Bagi laki-laki, cobalah melakukan push up, angkat beban atau memukul sansak, jika ada. Untuk perempuan bisa dengan berlari ringan di dalam rumah, atau melakukan jogging.
Anda akan terkejut dengan dampak olahraga ringan ini pada tubuh dan otak. Semangat Anda akan membara, dan otak akan mampu menembus sekat yang membuat Anda mandek
4) Tatap si kursor tercinta
Alternatif untuk mengatasi writer’s block adalah dengan menatap si kursor. Pertama, matikan koneksi internet, atur suara ponsel dalam mode senyap, tutup pintu dan buka komputer.
Tampilkan satu file word kosong dan tempatkan kursor di bagian tengah layar.
Kemudian tatap si kursor. Nikmati kedipannya. Sambil menatap, biarkan pikiran Anda mengembara. Pikirkan segala kemungkinan, adegan, peristiwa, alur, termasuk gagasan dan ide yang paling liar.
Setelah menatap si kursor dengan “mesra” selama 10 menit, setelah membiarkan pikiran mengembara dan menjelajahi berbagai kemungkinan, pikiran Anda akan disesaki beragam ide dan kemungkinan. Alur yang tertutup bisa dibuka. Kisah yang macet bisa ditemukan jalan keluarnya.
5) Tulis cerita atau topik lain
Jika segala upaya tak mampu menembus blokade yang membuat pikiran mandek, cobalah “plan B”, dengan membuat kisah yang sama sekali berbeda, baik jalan cerita, penokohan, genre, setting maupun alurnya.
Anda juga bisa membuat tulisan non fiksi, berupa opini atau ulasan tentang sesuatu, dan dipublikasi di blog.
Membuat cerita atau tulisan dengan genre yang berbeda akan membuat otak bekerja lebih kreatif. Jika kisah atau tulisan alternatif ini sudah rampung dan sudah dipublikasi, anda bisa kembali ke cerita pertama dan mencoba melanjutkan dengan pendekatan yang berbeda.
6) Kembali mencinta
Ingatkah Anda ketika pertama kali mencoba menulis? Anda menulis bukan supaya menjadi kaya atau terkenal. Anda menulis karena mencintai kegiatan menulis. Anda menyukai dan meresapi proses demi proses tahapan penulisan.
Jika merasa dihinggapi writer’s block, artinya Anda mulai tidak menikmati proses penulisan. Anda mulai merasa menulis sebagai beban dan keterpaksaan.
Jika itu yang terjadi, renungkanlah dan ingat masa romantisme indah ketika pertama kali menulis. Dan coba menghadirkan kembali rasa cinta itu.
Menulis merupakan pekerjaan yang menyenangkan. Dan ketika memutuskan untuk menjadikannya sebagai profesi, rasa cinta itu harus tetap dipupuk dan dijaga.
Hampir semua penulis pernah mengalami kondisi ini. Kemampuan mengatasi masalah ini tentu akan sangat berguna untuk keberlanjutan tulisan. Teruslah menulis sebelum menulis dilarang! Hehe…
Sumber : http://www.writerpreneurindonesia.com/2016/07/6-cara-mengatasi-writers-block-ketika.html