Sebagai bagian dari penguatan literasi, kelas menulis mulai juga bermunculan. Orang ingin menulis. Meskipun, selama ini juga sering menulis. Ternyata, sebagian masih ragu apakah tulisannya layak dibaca oleh orang lain. Emangnya, orang lain layak menilai tulisannya? Jangan-jangan si pembaca juga ndak pandai menulis, apa lagi menilai tulisan!
Pede ternyata masih menjadi permasalahan utama. Tiap hari kita bermedsos, menulis status, membalas chat, membuat pengumuman, mengundang pertemuan, semuanya lo pakai tulisan. Masak kita masih ragu kalau kita sudah bisa menulis? Maka modal utama menulis adalah percaya diri. Percaya kalau tulisan kita memang layak dibaca.
Percaya diri saja tentu tidak cukup. Kita harus membuktikan dengan karya nyata. Membuat tulisan. Menurut Dr. Ngainun Naim, seorang penggiat literasi dan pakar dalam menulis, “menulis tidak harus panjang. Lima paragraf sehari, cukuplah. Yang penting rutin, dan serius”.
Dr. Ngainun Naim menyarankan siapa saja yang ingin belajar menulis untuk membuat blog. Pertama, karena blog itu gratis. Sehingga kita tidak memerlukan tambahan biaya untuk membuat blog. Kedua, sangat mudah pengoperasiannya. Dan ketiga, kita dapat menyimpan tulisan, dan dengan mudah dapat mengambil dan mengumpulkannya menjadi sebuah buku.
Bagaimana kalau tidak ada yang baca? Ya gak papalah. Tujuan kita kan saving tulisan. Perkara ada yang baca alhamdulillah, kalau gak ada ya gak papa. Bahkan, seorang penulis pemula ada yang pinginnya tidak dibaca orang dulu tulisannya. Sampai ia yakin tulisannya itu layak dibaca orang, paling tidak menurutnya. Alhasil, dibaca atau tidak dibaca oleh orang lain tentu tidak penting bagi kita.
Kelas menulis seharusnya menghasilkan penulis-penulis baru. Yang terpenting dari kelas menulis adalah karya tulisan. Kelas menulis, atau workhsop harus dapat menghasilkan karya. Kelas menulis bukan seminar apa lagi stand up comedy, yang membuat kita tertawa-tawa saja, kemudian sudah. Sehingga, berhasil atau tidaknya kelas menulis diukur dari seberapa banyak dan sebaik apa hasil karya tulisan dari pesertanya.
Persoalan sertifikat? Jangan deh! Jangan menjadi pertimbangan. Sudah tidak penting lagi kita mempertimbangkan secarik kertas yang kemudian kita simpan dengan baik tanpa tahu kapan harus digunakan. Hehehe…
Workshop Literasi yang dilaksankan oleh Pergunu Tulungagung pada tanggal 7 Nopember 2020 lalu, tak lain adalah kelas menulis. Sangat disayangkan jika tidak ada product menulis dari kelas itu. Ayolah… menulis di blog kita masing-masing. Terserah apa yang ditulis. Bahkan, hal-hal yang tidak penting pun bisa ditulis. (ans)